Monday, April 09, 2007

Potret Sekolah Hijau di Jantung Kota Kendari


Apa yang dilakukan NP Dahlan, dalam menciptakan lingkungan hijau dan sehat patut dicontoh. Meski sekolah yang dipimpinnya tak pernah dilibatkan dalam lomba sekolah hijau, namun tak menyurutkan niatnya untuk menata lingkungan sekolah milik Yayasan Kartika TNI Angkatan Darat itu, sehingga memberi kenyaman dalam proses belajar mengajar.



Siang itu udara Kota Kendari terik sekali, meski matahari mulai condong ke barat, hawanya sangat terasa di kulit saat itu sudah menunjukan pukul 13.00 Wita. Jam sekolah berdering tanda pergantian masuk sekolah, anak-anak berseragam putih biru berlarian turun dari kendaraan angkot (angkutan kota) yang membawa mereka dari rumah masing-masing, buru-buru jalan menuju rimbunan pohon yang tertata rapi di halaman sekolah, sementara itu ribuan siswa-siswi berseragam putih abuabu, berderetan keluar pagar sekolah menuju jalan raya untuk kembali ke rumah mereka.

Hari itu anak-anak dari sekolah yang berada tepat dikaki bukit Taman Hutan Raya (Tahura) Murhum, akan memulai ulangan harian. Ratusan murid dari SMP Kartika Kendari, sejenak tampak seperti semut berkeruman di halaman sekolah, sinar surya yang keluar dari selah-selah rimbunnya daun pohon cendana dan ketapang yang menaungi halaman sekolah menambah asiknya suasana belajar mereka. Di dalam kelas meski tak tersedia kipas angin atau AC, tapi serasa berada di sebuah rungan full AC.

Kondisi damai, nyaman nan asri itu, berlangsung sudah sejak lama, sejak sepuluh bahkan belasan tahun lalu. Seiring dibangunnya sarana pendidikan di Jantung Kota Kendari itu.

Sekolah yang dikenal luas masyarakat Kota Kendari ini sebagai sekolah pemegang teguh motto ”kedisiplinan 
kunci keberhasilan”itu, disana sini halaman sekolahnya banyak ditumbuhi pohon dengan ukuran mulai membesar namun tetap terjaga rapi dan tidak dibiarkan tinggi melampaui atap tertinggi sekolah.

Meski sekolah itu dipadati pohon namun tidak ditemukan selembar pun daun yang terjatuh dihalaman, sebab setiap hari anak-anak dari sekolah itu sebelum memulai pelajaran diwajibkan untuk melakukan pembersihan (memungut) daun yang berguguran. Setelah bersih barulah mereka dipersilakan masuk kelas.

Meja, dinding dan batang pohon tidak ada coretan-coretan ballpoint atau luka sayatan, sebab sanksi yang diterapkan di sekolah itu bagi yang ketahuan melakukan perusakan, cukup berat. Sehingga suasana asri nan hijau bagai berada di taman alam itu tetap dapat dipertahankan meski umur sekolah itu sudah uzur."Dimanapun saja kita berada jika kita melakukan dengan hati, kita pasti berhasil, seperti di sini sejak dulu hingga saat sekarang tempat ini tetap rindang dengan pepohonan, hijau, nyaman, sejuk. Ini sesuatu yang sudah dilupakan dunia pendidikan kita saat ini," jelas Drs NP Dahlan, Kepala Sekolah SMP-SMA Kartika Kendari dikenal kritis ini.

Pria yang sudah banyak makan asam garam pengalaman hidup ini, menceritakan, kondisi sekolah yang dipimpinnya itu. Tahun 1986 lalu katanya, tempat itu termasuk daerah yang kering dan hanya ditumbuhi beberapa pohon, seiring didirikannya sekolah itu, pihak sekolah mulai melakukan penataan dengan konsep, "sekolah hijau sekolah sehat". Motto ini terus dipegang sekolah yang sudah berumur 21 tahun itu.

Ia sendiri mulai mengajar di sekolah itu sejak 1987 lalu, sebelumnya dia menjadi tenaga pengajar di Unhol (Nama Universitas Haluoleo (Unhalu) dulu) di jurusan Sosial dan Politik (Sospol). tahun 1992 pihak yayasan menunjuknya menjadi penanggung jawab di sekolah itu hingga sekarang. Latar belakang pendidikannya adalah tamatan Lembaga Administrasi Negara (LAN) di salah satu Universitas di Jakarta, jurusan manajemen.

Pengalamannya aktif diberbagai kegiatan lingkungan semisal pramuka dan dunia pecinta alam (Mapala) dikala Dahlan muda masih menuntut ilmu, menjadi inspirasi untuk menata sekolah yang terbilang tanah tandus itu, menjadi sekolah hijau dengan beragam jenis pohon-pohonan keras namun tak lupa menanaminya dengan berbagai jenis tanaman bunga yang tersusun rapi dan ditanam dalam pot. 

Berkat kegigihannya sekolah itu berkembang menjadi sekolah satu-satunya berpanorama alam ditengah hiruk pikuknya kehidupan Kota Kendari. Inilah pula yang mendorong sejumlah orang tua memasukan anaknya untuk sekolah di SMP-SMA Kartika.

Berdasarkan data dari sekolah itu tiap tahunnya sekolah swasta terkemuka di Kota Kendari ini, menerima ratusan siswa baru, baik SMP maupun SMA. Dimana saat ini sekolah yang berada di Jalan Sam Ratulangi, Kelurahan Kemaraya, Kecamatan Kendari Barat ini siswanya mencapai 1500 orang.

Sistem pembelajarannya antara SMP dan SMA diatur sangat rapi, SMA masuk di pagi hari sedangkan SMP-nya masuk siang hari. Sehingga meski kapasitas sekolah ini hanya punya 23 ruang kelas belajar (RKB) namun siswa tak pernah mengeluh kekurangan ruang belajar, padahal bila ditotal antara murid dengan jumlah kelas dimana ditempati maksimal perkelasnya 40 siswa, sangat tidak memungkinkan. Tapi itulah yang dirasakan di sekolah itu.

Bangunan yang didirikan diatas tanah sekitar dua hektar persegi ini, selain dihalamannya ditanami pohon pelindung, cendana, ketapang, dan pinang, juga terdapat sebuah kebun mini yang ditanami pohon buah-buahan, misal pisang, mangga dan lainnya. Serta dilengkapi dengan pondok belajar dibangun disela-sela pohon-pohonan yang berfungsi sebagai tempat membaca buku-buku pelajaran yang dipinjam diperpustakaan dan juga sebagai arael diskusi siswa sekaligus sebagai tempat istrahat.

Pemilihan jenis pohon cendana, ketapang dan pinang, karena masing-masing pohon memiliki keunggulan kata Dahlan. Misalnya cendana dipilih karena canopi (daerah penutupannya luas) serta dia hanya menggugurkan daunnya sekali setahun selanjutnya hijau terus sehingga tak menyulitkan untuk dilakukan pembersihan dan perawatan.

Begitu juga dengan pohon ketapang. Selain daerah penutupannya luas daunnya lebar-lebar sehingga juga memudahkan untuk dibersihkan. ”Kita tinggal menugasi dua orang siswa memungut daun-daun yang jatuh sudah bersih,”kata Dahlan. Sementara pinang dipilih karena dia memiliki nilai ekonomis, baik dari buahnya maupun dari batangnya.

Lalu bagaimana keterlibatan siswa? Menurut Dahlan, sejak awal siswa baik SMP maupun SMA telah dilibatkan dalam menciptakan sekolah yang rindah dan hijau.”Pohon-pohon yang ada disini sebagian berasal dari siswa dan sebagian lagi merupakan swadaya sekolah,”paparnya.

Selain itu, pihak sekolah juga melibatkan siswa dalam penanganan kebersihan dan kelestarian pohon dipercayakan sepenuhnya pada siswa.”Kalau ada anak-anak (siswa red) yang merusak pohon, ancamannya kami berikan sanksi pada siswa bersangkutan bahkan kalau sampai betul-betul mematikan pohon, maka kami diberi skorsing,”ungkapnya.

Namun hingga saat ini belum ada satupun siswa yang dijatuhi sanksi karena merusak pohon.”Mereka paham betul, bahwa pohon itu sangat membantu artinya siswa sangat menyadari betul dengan memelihara pohon maka akan menciptakan lingkungan hijau, nyaman, sehat dan tentunya indah sehingga membuat warga sekolah beta belajar disekolah,”tuturnya.

Selain itu, pihak sekolah juga senantiasa memberikan motivasi pada siswa agar siswa ikut berperan dalam menciptakan lingkungan yang indah dan bersih.”Selain sanksi, kami juga memberikan motivasi dan pemahaman bahwa sesungguhnya ukuran manusia rasional harus bisa mampu memahami bahwa alam ini adalah anugerah. Jadi kita harus jaga, kelola ciptaan Tuhan ini termasuk berbagai jenis tumbuhan yang terdapat didalamnya,”paparnya.

Saat ditanya apakah keinginan menciptakan lingkungan sekolah yang hijau karena terdorong program pemerintah?. Dahlan mengelak, karena setahunya Dinas Pendidikan Nasional (Diknas) Kota Kendari, tidak pernah menyeruhkan untuk menghijauhkan sekolah, yang ada hanya lomba penghijauan, setelah selesai lomba sisanya tumbuh atau tidak diketahui, dibiarkan terlantar."Kami disini tidak pernah dilibatkan lomba, namun demikian kami terdorong berdasarkan kesadaran dan kebutuhan sendiri bahwa dengan lingkungan hijau, tertata, dan teratur pastilah menyenangkan akhirnya sekolah ini menjadi sekolah hijau,”tandasnya.

Hal tersebut juga diamini oleh beberapa pengurus Organisasi Intra Sekolah (OSIS) SMA Kartika. ”Kami sangat mendukung program yang ditelurkan Bapak kepala sekolah, karena ini sangat bermanfaat dalam mendukung proses belajar mengajar. Apalagi kami diberikan tanggung jawab penuh dalam hal kebersihan sekolah, sehingga kita cukup aktif mendorong teman-teman siswa disini untuk tetap menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan sekolah,”kata Herdiyanti.

Pernyataan senada juga diungkapkan Roni Sianturi yang menjabat sebagai Wakil Ketua OSISI SMA Kartika.” Di OSIS SMA Kartika ada satu bidang yang khusus menangani lingkungan hidup yang selama ini aktif memberikan penyuluhan pada semua kelas. Selain itu jika ada siswa yang kedapatan merusak pohon yang ada dilingkungan sekolah, maka akan diberikan sanksi,”ujarnya. (Marwan)

1 comment:

Yanti Kerlip said...

Senang berkenalan dengan etalehijau
Saya ibu dari 3 anak homeschooling yang sedang belajar mengintegrasikan visi SETS sebagai model mitigasi perubahan iklim terutama untuk anak-anak putus sekolah di Jakarta dan Jawa Barat.
Langkah awal untuk mitigasi sejak dini. Semoga!
Silakan kunjungi www.rumahkerlip.blogspot.com

Yanti