Sunday, August 13, 2006

Sodoha Dijadikan Pilot Pengelolaan Sampah di Kendari

Keberhasilan masyarakat yang tergabung dalam Dasawisma Cendrawasi Kelurahan Sodoha Kecamatan Kendari Barat dalam pengelolaan sampah patut diacungi jempol dan dijadikan contoh dalam mengatasi masalah persampahan.


Dasawisma Cendrawasi yang terletak dipinggiran Teluk Kendari kini terus berupaya untuk mentasbihkan dirinya sebagai “Komunitas Hijau”pertama di kota “Lulo” ini (sebutan Kota Kendari).

Berkat dampingan FOCIL Indonesia (Friends of Coastal Regions and Small Island of Indonesia), sebuah LSM yang konsen dalam pengelolaan sampah, sejak Nopember 2005 Dasawisma yang dipimpin Ibu Alimun telah melaksanakan suatu model Pengelolaan Sampah Terpadu Berbasis Masyarakat (PST-BM).

Ibu Halimun dalam sebuah kesempatan diskusi beberapa waktu lalu, yang dipandu Midwan (anggota AJI yang juga aktifis Green Press), menuturkan, ada dua model kegiatan yang telah diterapkan dalam pengelolaan sampah yaitu kegiatan fisik dan kegiatan non fisik.

Kegiatan sampah fisik meliputi pemilihan sampah rumah tangga kedalam kategori organik 1, organic 2 dan non-organik, mengelolah sampah tersebut menjadi pupuk kompos dan kertas daur ulang serta melakukan kegiatan penghijauan lingkungan.

Tanaman yang mereka tanam terdiri dari tanaman peneduh (Lakape dan Tanjung), tanaman hias (Palem Jepang, Pandan Bali, Anjuang, Wali Songo, Cemara Kipas, Nusa Indah dan Sri Rejeki) dan beberapa tanaman obat-obatan tradisional (Kumis Kucing, Ginseng, Cucur Bebek, Sambung Jawa, Lidah Buaya, Lengkuas, Kunyit Samiloto).

Sementara bentuk-bentuk kegiatan non fisik yang dilaksanakan adalah Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) dengan sasaran utama santri Taman Pengajian Al-Quran (TPA) Plus At-Taqwa, pembentukan komite lingkungan hidup tingkat Dasawisma Cendrawasi dan penetapan peraturan lokal persampahan.

Setelah 2 bulan beraktivitas dalam pengelolaan lingkungan hidup terutama penanganan sampah, kepedulian anggota dasawisma ini terhadap sampah dilingkungan mereka, dengan dukungan penuh dari bocah-bocah yang masih duduk dibangku SD (baca santri TPA Plus At-Taqwa red), berbagai keberhasilan mulai tampak.

Misalnya dari 267.65 kg sampah yang mereka hasilkan dalam waktu 30 hari, 196,94 kg diantaranya telah berhasil diolah menjadi pupuk kompos dan kertas daur ulang, artinya hanya ada 70,71 kg sampah mereka yang tersisa. (Data hasil analisis LSM Focil).

Dari data tersebut, dapat dibayangkan sekiranya seluruh kelompok dasawisma di Kota Kendari bisa melaksanakan hal serupa niscaya sampah yang banyak menumpuk diberbagai sudut kota dan lorong-lorong dapat diminimasir, sehingga kedepan Kota Kendari bisa sejajar dengan daerah-daerah lainnya dan tak lagi mendapatkan predikat sebagai kota “terjorok” oleh Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) seperti dilansir sejumlah media lokal beberapa waktu lalu.

Keberhasilan Dasawisma Cendrawasi itu kini mulai mendapatkan perhatian dari Pemkot. Kepala Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman Kota Kendari, Agus Abdullah yang juga tampil sebagai narasumber dalam diskusi yang difasilitasi Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Kendari yang berlangsung di Taman Srigading Kendari itu. Berjanji akan memberikan bantuan berupa peralatan motor pengakut sampah.

Dia juga menawarkan satu areal lahan miliknya untuk dijadikan lokasi percontohan penggunaan pupuk kompos hasil daur ulang sampah yang dilakukan Dasawisma Cendrawasi.

“Saya harap lokasi itu (Kelurahan Sodoha red), bisa dijadikan contoh bagi kelurahan lainnya,”kata Agus Abdullah.

Dalam kesempatan tersebut, Agus tak menampik adanya penilaian adipura yang menempatkan Kota Kendari diurutan ke 56 dari 60 kota sedang di Indonesia. Menurutnya hal tersebut tidak terlepas karena pengenangan sampah di Kota Kendari hingga kini belum maksimal.

Alasannya karena terbatasnya peralatan dan petugas pengakut sampah, sementara objek atau luas operasi cukup luas, terlebih lagi kesadaran masyarakat masih kurang dalam membantu pemerintah menjaga kebersihan kota.

Pria yang akrab disapa “Karaeng” (sebutan bangsawan Makassar) ini pun, mengeluhkan kalau instansi yang dipimpinnya yang selalu disoroti terkait dengan peringkat kota terkotor yang disandang kota Kendari baru-baru ini.

“Selalu saya yang menjadi sorotan. Padahal bukan hanya sampah penyebab ketidak bersihan. Tapi drainase, dan rumah sakit juga menjadi salah satu titik penilaian tim pemantau adipura. Jadi jangan selalu sampah yang disalahkan,”katanya dengan semangat berapi-api.

Sementara itu, Wakil Walikota Kendari Ir Andi Muzakkir Mustapa mengatakan, masalah sampah merupakan masalah bersama. Jadi solusinya harus ada kesadaran masyarakat. Namun sebagai penanggung jawab program bangun praja untuk kota Kendari. Ia selalu berupaya turun lapangan, bahkan saat ini ia telah memberi tambahan tugas bagi setiap dinas di lingkup pemkot untuk peduli masalah sampah.

Hal senada juga diungkapkan Ketua Umum LSM FOCIL, Amar Maruf. Menurutnya masalah lingkungan terutama soal persampahan bukan saja tanggung jawab pemerintah tapi juga menjadi tanggung jawab semua pihak.”Makanya sangat perlu ada pelibatan stakeholder dalam setiap program lingkungan seperti program bangun praja agar mereka (masyarakat red) bisa ikut berperan dalam pelestarian lingkungan hidup,”tandasnya. (Marwan Azis)

No comments: