Monday, August 28, 2006

Bermain Sambil Belajar Lingkungan

Minggu yang menyenangkan, menjadi hari yang sulit terlupakan bagi dua kelompok anak-anak Sekolah Dasar (SD) yakni Kelompok Sahabat Karang Bokori dan Santri TPA Plus At-Taqwa Sodohoa bertemu di Desa Tapulaga dalam acara lingkungan yang dikemas dalam bentuk simulasi keterpaduan darat-laut yang digelar beberapa waktu lalu.

Wajah ceria tampak terpancar diraut wajah anak-anak kota yang tergabung dalam Kelompok Taman Pendidikan Al-Quran(TPA) Plus At-Taqwa Sodohoa Kendari yang selama ini konsen dalam pengelolaan sampah terpadu, saat memasuki areal lokasi pendidikan lingkungan pesisir di Desa Tapulaga Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara.

Suasana serupa juga tampak dari tuan rumah, anak-anak Bajo-Bugis yang tergabung dalam Kelompok Sahabat Karang Bokori saat menjamu santri TPA Plus At-Taqwa. Suasana begitu cepat mencair dan kedua kelompok anak memulai aktivitasnya dengan saling memperkenalkan diri sambil berjabat tangan bersama.

Pertemuan dua kelompok anak-anak hijau yang selama ini konsen dalam kegiatan pelestarian lingkungan darat (pengelolaan sampah terpadu) dan laut (taman karang) membuat suasana desa Tapulaga menjadi lebih ramai dari biasanya.

Setelah itu, mereka memulai aktivitasnya dengan menggambar dan mewarnai gambar lingkungan bersama di bawah pohon kelapa. Kegiatan selanjutnya adalah simulasi keterpaduan darat-laut dengan mengambil setting lokasi Teluk Kendari.

Dalam simulasi tersebut, tampak bila penanganan sampah domestic yang buruk di daratan berakibat negatif pada ekosistem perairan pesisir dan laut termasuk terhadap ekosistem terumbu karang.

Simulasi tersebut dipandu langsung oleh mantan duta lingkungan hidup Indonesia 2004 lalu, Amar Ma'ruf. Simulasi aktivitas pencemaran laut dilakukan di atas gambar Teluk Kendari dengan menggunakan sampling ikan masih hidup yang selanjutnya mengalami kematian karena air laut tercemar. Kedua kelompok anak-anak tersebut saling berbaur satu sama lain dan terlihat sangat antusias memperhatikan simulasi yang diperagakan Alumnus Universitas Haluoleo itu.

Sesekali mereka ditantang dengan berbagai pertanyaan seputar persoalan pencemaran laut, mereka pun berlomba menjawab pertanyaan itu. Usai simulasi mereka digiring ke dalam hutan jati yang letaknya tepat berada di belakang green camp Kelompok Sahabat Karang Bokori. Di dalam hutan jati mereka melakukan kegiatan tembak reaksi dengan sasaran utama adalah teroris lingkungan.

Permainan tersebut merupakan salah satu bentuk perlawanan mereka terhadap teroris lingkungan seperti para pembom dan peracun ikan, illegal loggers, dan terhadap orang yang suka membuang sampah di sembarang tempat.

Kegiatan itu merupakan sebuah kemajuan dalam metode pendidikan lingkungan di Indonesia untuk tingkat anak-anak karena selama ini, pendidikan lingkungan hanya difokuskan pada metode bagaimana mendekatkan anak ke alam secara umum, namun pendidikan lingkungan yang dilakukan FOCIL Indonesia telah mengalami peningkatan metode, karena metode pendidikan lingkungan yang mereka terapkan bukan saja untuk mendekatkan anak dengan lingkungan tapi sampai pada tahap perlawanan terhadap penjahat lingkungan.

Anak-anak tampak asyik mengikuti permainan tembak reaksi tanpa mengenal kata lelah. Sehabis makan siang, kedua anggota kelompok ini melakukan sholat dhuhur berjamaah. Sehabis sholat, dengan lantang mereka berdoa “Ya Allah, hukumlah para teroris lingkungan yang telah membuat kami tidak dapat menikmati indahnya bumi, yang membuat kami kehilangan ruang untuk bersentuhan dengan alam, serta yang membuat masa depan kami menjadi tidak pasti. Kabulkanlah permintaan kami Ya Allah, amien,"pintanya.

Sehabis itu, kegiatan dilanjutkan dengan unjuk kebolehan dalam mempersentasekan dan memperagakan kegiatan pelestarian dan perlindungan lingkungan hidup masing-masing.

Anak-anak Bajo-Bugis mendapat giliran pertama untuk memperagakan dan menjelaskan cara pencangkokan karang dan pembuatan taman karang di depan santri TPA Plus At-Taqwa Kendari. Demo tersebut dipandu oleh Eka Saputra yang kini masih duduk dibangku kelas 6 Sekolah Dasar (SD).

Selanjutnya anak-anak TPA Plus yang dipandu oleh Lidya memperagakan cara pengelolaan sampah terpadu yang dimulai dengan pemilihan sampah berdasarkan kategorinya masing-masing yaitu Organik I, Organik II dan sampah Non Organik.

Kemudian Mulyadi Haruna yang dibantu oleh Fajar mempragakan cara pembuatan pupuk kompos dengan sangat sederhana. Annisa, Novi dan Once pun tak mau ketinggalan dalam menjelaskan beberapa metode lain yang dapat digunakan untuk membuat pupuk kompos, seperti metode aerob, an-aerob, metode mikroba dan cacing tanah.

Sehabis demo tersebut, kedua kelompok anak-anak ini terlibat dalam diskusi serius seputar terumbu karang dansampah. Beberapa pertanyaan seputar terumbu karang di jawab dengan sangat baik oleh anak-anak Bajo dan Bugis begitupun dengan pertanyaan seputar sampah yang "dimakan" habis oleh santri TPA Plus At-Taqwa.

Dalam diskusi tersebut, anak-anak akhirnya faham bahwa kepedulian mereka terhadap lingkungan hidup tidak saja bermanfaat bagi mereka dan lingkungan hidup di sekitarnya namun juga bagi orang lain. Pemberian bibit pohon Mahoni dan Biti oleh santri TPA Plus At-Taqwa kepada anak-anak Bajo-Bugis serta pemberian sejumlah kenangan-kenangan berupa alat tulis menulis dan alat olaraga menandai penutupan seluruh rangkaian kegiatan.

Amar yang ditemui usai penutupan acara mengatakan, tujuan seluruh rangkaian kegiatan hanya satu,yaitu menumbuhkan pemahaman komprehensif anak-anak tentang integritas sistem ekologi daratan dan lautan. Akhirnya melalui pikiran polos dan tangan-tangan mungil mereka kita berharap agar lingkungan hidup bisa terselamatkan. (Marwan)

No comments: